Monday, October 29

QURBAN, KEMANUSIAAN dan KETUHANAN

Seorang Ibrahim as, dengan begitu bijak dan visi yang tajam memainkan episod drama kemanusiaan dan ketuhanan yang spektakuler. Aksinya yang sangat mengesankan dengan mengorbankan anak kandung kesayangannya demi perintah Tuhan, tidak pernah dilupakan manusia sepanjang zaman. Padahal dia hidup ratusan abad silam. Dalam kondisi kehidupan manusia yang sangat sederhana, tradisional dan terbelakang, ia mampu menteladani manusia hingga abad modern ini. Ia mengingatkan, menteladani dan mencerahkan manusia, tentang erti pentingnya suatu pengorbanan.
1. Apa hubungan Qurban dengan Kemanusiaan?
Sepanjang zaman, telah dibuktikan bahwa kehidupan manusia tidak pernah lepas dari aktifitas berkorban. Pengorbanan sangat dihajatkan manusia dan sudah menjadi bagian yang tidak bias dipisahkan. Beberapa hal dibawah ini dapat menggambarkan betapa pengorbanan itu sangat diperlukan :
  1. Terbentuknya sebuah negara seperti Malaysia ini tidak pernah lepas dari pengorbanan pahlawan / pendekar zaman dahulu, dalam setiap aspek kehidupan. Begitu juga bangsa-bangsa lainnya.
  2. Hidup, dan berkembangnya seorang manusia tidak akan terlepas dari pengorbanan kedua orang tuanya dalam segala bentuk dan dalam membimbingnya hingga hidup menjadi orang dewasa.
  3. Majunya atau untungnya sebuah usaha ekonomi tidak akan terlepas dari pengorbanan modal dan pengurusannya.
  4. Tercapainya keamanan sosial juga tidak dapat dipisahkan dari pengorbanan waktu, tenaga dan fikiran petugas-petugas keamanan dan seluruh elemen keamanan dan lapisan masyarakat.
  5. Pandai dan cerdasnya manusia tidak pernah lepas dari pengorbanan guru untuk teladan mengilmukan murid-muridnya.
  6. Dinamika persahabatan, persaudaraan dan percintaan juga tidak lekang dari pengorbanan.
  7. Dapatkah kita bayangkan betapa mengenaskannya kehidupan manusia bila seorang doktor tidak mahu berkorban untuk menyembuhkan pesakit yang sakit?
Tentunya masih banyak hal-hal kehidupan yang tidak dapat dilepaskan dari pengorbanan. Namun, adalah hal yang menarik untuk diperhatikan, bahawa pada setiap pengorbanan selalu menghasilkan hal yang positif . Bukankah, terbentuknya sebuah bangsa, tumbuh berkembangnya manusia menjadi dewasa, untungnya sebuah usaha ekonomi, terciptanya kehidupan yang aman dan sejahtera, kecerdasan bangsa, persahabatan persaudaraan dan kesihatan seperti yang digambarkan diatas, adalah hal-hal positif yang dicapai manusia setelah pengorbanan dilakukannya?

2.Apa hubungan Qurban dengan Ketuhanan?

Berkorban bukan milik umat Islam saja. Berkorban adalah milik manusia, walau hanya umat Islam yang mensakralkannya dalam bentuk ‘ied. Semua agama, adat, tradisi, norma, mengajarkan pengorbanan, baik berbentuk materi maupun spirit. Pada hakikatnya, berkorban adalah aktiviti sosial yang terus menerus, tiada henti selama kehidupan ini masih berlangsung.

Tuhan adalah pengatur kehidupan ini. Itulah erti dari Tuhan sebagai Rabbun (Pengatur). Manusia adalah pelaksana aturan Tuhan. Manusia menyembah kepadaNya dalam artian menjalankan semua aturan ilahi. Tuhan sebagai sembahan itulah yang disebut Ilaahun/Ma’bud (Sembahan). Bumi, sebagai tempat manusia melaksanakan aturan ilahi itu adalah daerah kekuasaan Tuhan. Maka Tuhan disebut Malik (Penguasa).

Ketiga aspek diatas (aturan, manusia, kekuasaan) pun tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, sebagai mana tidak dapat dipisahkannya antara Rab, Ilah dan Malik..Ketiga-tiganya adalah Tuhan sebagai Pengatur, sebagai Sembahan dan sebagai Penguasa. Tidak mungkin ada aturan (rububiyah) bila tidak ada yang melaksanakan (uluhiyah), dan tidak mungkin dapat melaksanakan aturan (rububiyah) bila tidak ada tempat (mulkiyah) untuk melaksanakannya. Atau manusia (uluhiyah) dibumi (mulkiyah) ini tidak dapat hidup dan tidak berguna bila tidak ada aturan (rububiyah).

Hal tersebut diatas juga dapat kita pelajari dari al-Qur’an pada surat pembuka dan penutupnya (al-Fatihah dan al-Nas), sebagai mana yang tersebut dibawah ini :
I. Fungsi Tuhan sebagai Rab (pengatur)
Al-Fatihah .: الحمد لله رب العالمين (segala puji bagi Allah Pengatur alam)
Al-Nas .....: قل أعوذ برب الناس (Katakanlah aku berlindung kepada Pengatur manusia)
Istilah .....: Rububiyah
Arti ........: Aturan
II. Fungsi Tuhan sebagai Malik (Penguasa)
Al-Fatihah .: مالك يوم الدين ( Penguasa hari tegaknya agama )
Al-Nas ......: ملك الناس ( Penguasa manusia )
Istilah ......: Mulkiyah
Arti ........: Kekuasaan
III. Fungsi Tuhan sebagai Ilah/ Ma’bud (Sembahan)
Al-Fatihah .: إياك نعبد و إياك نستعين (Hanya kepadaMu kami menyembah dan mengabdi)
Al-Nas .....: إله الناس (Tuhan Yang disembah manusia)
Istilah ......: Uluhiyah/ubudiyah
Arti .............: Persembahan/Hamba
Gambaran diatas menjelaskan kita betapa perilaku kehidupan manusia, tidak dapat dipisahkan dari aturan Tuhan. Berqurban adalah aktiviti kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan juga dari manusia itu sendiri, sekaligus tidak dapat dipisahkan dari aktivitinya dalam menyembah Tuhannya. Berqurban selalu bernilai positif karena merupakan fitrah manusia sekaligus perintah yang ditetapkan oleh Tuhan. Bila tidak dilaksanakan oleh manusia, maka sama dengan memutuskan hubungan dengan Tuhan. Bila itu yang terjadi maka akan negatif hasilnya. Sebagaimana yang disirat dan suratkan pada 3 ayat, dalam al-Qur’an surat al-Kautsar (108) dibawah ini :
  1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak
  2. Maka dirikanlah solat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
  3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Jika kita tela’ah makna dari ayat yang pertama adalah: hal positif yang dicapai manusia dari pengorbanan yang dilakukannya bukan saja tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, tapi juga sangat dihajatkan. Maka Kebiasaan berkorban (persembahan/ibadah) yang dilakukan manusia sepanjang zaman adalah suatu kurnia Ilahi yang banyak (al-kautsar) tiada hingga, yang ditanamkan pada kehidupan manusia.

Pada ayat kedua : Mendirikan sholat, bermana membina hubungan manusia dengan Rab (pengatur)nya. Membina hubungan tersebut juga bermakna berhubungan dengan aturanNya. Itulah sebabnya kata Shalli (shalat/hubungan) dikaitkan dengan Rab (Pengatur). Jadi berkorban yang dilakasanakan manusia itu, disadari atau tidak, merupakan melaksanakan aturan Tuhan yang selalu berdampak positif bagi manusia.

Pada ayat ketiga digambarkan betapa ironisnya bila kita tidak berkorban. Karena itu sama saja dengan memutuskan hubungan (abtar) dengan Tuhan. Bila terputus hubungan manusia dengan Tuhan itu sama dengan kematian (negatif). Tidak akan ada kehidupan suatu bangsa bila tidak ada perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. Begitu pula dari sisi pendidikan, ekonomi, social, politik dan lain sebagainya.

Praktik ritual ‘Ied al-Qurban, yang dilaksanakan muslim setiap tahun, adalah upaya Rasulullah Muhammad saw dalam mengingatkan manusia terhadap apa yang dilakukan oleh Ibrahim as bagi kehidupan manusia.

Menyembelih haiwan qurban merupakan simbul dari hakikat pengorbanan yang harus dilaksanakan setiap waktu dalam segala bentuk. Dalam ‘Ied Al-Adha, dikumandangkan takbir (Allahu Akbar / Allah maha besar) yang setiap sukunya diucapkan tiga kali.
  1. Allahu Akbar : Bermakna membesarkan Rab dan aturan Ilahi (rububiyah)
  2. Allahu Akbar : Bermakna membesarkan Malik dan kekuasaan Tuhan (mulkiyah)
  3. Allahu Akbar : Bermakna membesarkan Ilah dan hamba/pengabdi Tuhan (uluhiyah)
Simbol ini juga harus dijadikan dasar bagi pengorbanan kita diluar I’ed al_Adha. Bahwa setiap pengorbanan harus dilakukan demi membesarkan Rab dan aturanNya, Malik dan kekuasaanya, Ilah dan hambanya.

Semoga kita mendapatkan petunjuk atas pengorbanan yang kita lakukan setiap sa’at sehingga kita terbimbing pada ridhoNya. Amin

SELAMAT HARI RAYA IED AL-QURBAN

TAQOBBALA ALLAH MINNA WA MINKUM
TAQOBBAL YA KARIM

Di olah dari Sdr Ichsan Din Ilyas

Thursday, October 4

HOS Tjokroaminoto: Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.

“Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat.”
Kalimat mutiara singkat itu pulalah yang berubah menjadi obat jiwa pergerakan pemuda saat itu, tidak terkecuali tiga murid beliau yang saling berbeda aliran dan akhirnya menjadi legenda pergerakan nasional: Soekarno, Semaun, dan Kartosoewirjo.

Kata mutiara itu menggambarkan suasana perjuangan Indonesia yang saat itu membutuhkan tiga jiwa dan kemampuan pada diri seseorang untuk mempertahankan dan membangun negaranya Indonesia. Sekilas

Sarikat Islam
Sebagai pimpinan Sarikat Islam, HOS dikenal dengan kebijakan-kebijakannya yang tegas namun bersahaja. Kemampuannya berdagang menjadikannya seorang guru yang disegani karena mengetahui tatakrama dengan budaya yang beragam. Pergerakan SI yang pada awalnya sebagai bentuk protes atas para pedagang asing yang tergabung sebagai Sarekat Dagang Islam yang oleh HOS dianggap sebagai organisasi yang terlalu mementingkan perdagangan tanpa mengambil daya tawar pada bidang politik. Dan pada akhirnya tahun 1912 SID berubah menjadi Sarekat Islam. Adapun tujuan-tujuan pokoknya antara lain:
  1. Mengembangkan jiwa dagang.
  2. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha.
  3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya darjat rakyat.
  4. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
  5. Hidup menurut perintah agama.
Seiring perjalanannya, SI digiring menjadi partai politik setelah mendapatkan status Badan Hukum pada Mac 1916 oleh pemerintah yang saat itu dikontrol oleh Gabenor Jeneral Idenburg. SI kemudian berkembang menjadi parpol dengan keanggotaan yang tidak terbatas pada pedagang dan rakyat Jawa-Madura saja. Kesuksesan SI ini menjadikannya salah satu pelopor partai Islam yang sukses saat itu.

Perpecahan SI menjadi dua kubu kerana masuknya infiltrasi komunisme memaksa HOS Cokroaminoto untuk bertindak lebih hati-hati kala itu. Ia bersama sahabat-sahabatnya yang masih percaya bersatu dalam kubu SI Putih berlawanan dengan Semaun yang berhasil membujuk tokoh-tokoh pemuda saat itu seperti Alimin, Tan Malaka, dan Darsono dalam kubu SI Merah. Namun bagaimanapun, kewibawaan HOS Cokroaminoto justeru diperlukan sebagai pengaman di antara kedua pecahan SI tersebut, mengingat ia masih dianggap guru oleh Semaun.

Singkat cerita jurang antara SI Merah dan SI Putih semakin lebar saat muncul pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang Pan-Islamisme (apa yang selalu menjadi aliran HOS dan rakan-rakannya). Hal ini mendorong Muhammadiyah pada Kongres Mac 1921 di Yogyakarta untuk mendesak SI agar segera melepas SI merah dan Semaun karena memang sudah jelas berbeza aliran dengan Sarekat Islam. Akhirnya Semaun dan Darsono dikeluarkan dari SI dan kemudian pada 1929 SI diusung sebagai Partai Sarikat Islam Indonesia hingga menjadi peserta pemilu pertama pada 1950.

HOS Tjokroaminoto hingga saat ini akhirnya dikenal sebagai salah satu pahlawan pergenakan nasional yang berbasiskan perdagangan, agama, dan politik nasionalis. Kata-kata mutiaranya seperti “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat” akhirnya menjadi embrio pergerakan para tokoh pergerakan nasional yang patriotik, dan ia menjadi salah satu tokoh yang berhasil membuktikan besarnya kekuatan politik dan perdagangan Indonesia.

Alhamdulillah

HOS Tjokroaminoto, Mercusuar Syariat Islam di Indonesia (Bahg. 1)

"Tjokroaminoto mempunyai keyakinan yang teguh, bahawa Negara dan bangsa Indonesia tak akan mencapai kehidupan yang adil dan makmur, pergaulan hidup yang aman dan tenteram, selama keadilan sosial sepanjang ajaran-ajaran Islam belum dapat berlaku atau dilakukan menjadi hukum dalam Negara Indonesia, sekalipun sudah merdeka. Terbukti sekarang, sekalipun Negara dan bangsa Indonesia sudah merdeka dan berdaulat bernaung dibawah panji-­panji sang merah putih, namun rakyat jelata yang berpuluh-puluh jumlahnya belum merasakan kenikmatan dan kelazatan hidup dan kehidupan sehari-­harinya. Rakyat masih tetap menderita macam – macam kesukaran dan kemelaratan. Kekacauan timbul dimana­-mana. Perompakan penggedoran. Penculikan dan pembunuhan seolah-olah tak dapat diatasi oleh pihak (alat) pemerintahan.
Dikota-kota besar nampak pula kerosakan moral (budi pekerti) bangsa Indonesia. Bukan saja pelacuran yang merajalela dari kota-kota sampai desa-­desa, tetapi pihak yang dikatakan kaum terpelajar, pemuda dan pemudi tak ada batas lagi pergaulan hidupnya, pergaulan yang merdeka. Pergaulan yang mempengaruhi alam pikiran pada kesesatan.
Sumber-sumber pelacuran telah menjadi pergaulan hidup yang modern. Kemajuan yang mencontoh dunia barat yang memang sudah rosak. Rosak budi­-pekertinya dan rohaninya. Tak ada kendali didalam jiwa yang dapat menahan hawa nafsunya. Inilah semuanya yang oleh ketua Tjokroaminoto dikatakan jahiliah modern. Kalau alat-alat pemerintah RI yang memegang tampuk kekuasaan pemerintahan, baik pihak atasan maupun sampai bawahan sudah tidak takut lagi kepada hukuman Allah, yakinlah Negara akan rosak dan hancur dengan sendirinya, sebab segala perbuatan jahat, korupsi, penipuan, suapan dan sebagainya yang terang terang merugikan Negara, dikerjakan dengan aman oleh mereka itu sendiri, rakyat mengerti sebab rakjat yang menjadi korban”
(Petikan kata Wondoamiseno, Seksyen PSSI 1950)

Sang raja tanpa mahkota begitulah kaum Kompeni Belanda menyebutnya, lihai cerdas, dan bersemangat. Ditakuti dan juga disegani lawan – lawan politiknya. Perjuangnya dalam membela hak kaum pribumi saat itu benar – benar menempatkan dirinya menjadi seorang tokoh yang benar-benar dihormati pada saat itu. Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai beberapa murid yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Semaun yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang Islamis. Namun ketiga muridnya itu saling berselisih.