Tuesday, March 22

Daud, dan Sulaiman

Sewaktu kecil kita sering membaca kisah Nabi yang agung seperti Daud a.s (David) dan Sulaiman a.s (Solomon). Keduanya lebih dikenali sebagai Nabi yang Meraja (Tsaric Prophet) dan Raja yang berwatak Kenabian (Prophetic King). Dua karakter yang dipandang berlawanan – Kekuasaan (power) dan Kearifan (wisdom) – telah menyatu dalam diri ayah dan anak itu. Namun, pengetahuan kita tentang keduanya banyak yang bengkok dan perlu diluruskan. Perlu kaedah “pembacaan” yang lebih dewasa tentang kisah para Nabi (prophetic parables), terutama dari sudut pandang pengembangan nilai-nilai kepemimpinan (leadership values).

Misalnya, kenabian Daud dicitrakan sebagai Nabi yang sangat perkasa, dapat
Gambaran Nabi Daud oleh orang-orang eropah

mengalahkan lawannya Jalut (Goliath) hanya dengan bersenjatakan lastik. Nabi Daud juga digambarkan sebagai Nabi yang menguasai kerajaan besar, bahkan dikatakan juga sebagai pengasas (founding father) Kerajaan Israel Raya. Jika Nabi Ya’qub (dijuluki juga Israel) adalah bapak moyang kaum Yahudi dan Musa (Moses) menjadi penyelamat (Messiah) kaum Yahudi dari kebinasaan, maka Daud ditabalkan sebagai simbol kebesaran bangsa Yahudi. Keperkasaan Daud sering dikaburkan dengan sikap kejam dan sewenang-wenang, misalnya, ia dikisahkan suka membunuh tawanan perang yang ditakluknya. Ini "bacaan" yang keliru.

Nabi Daud diakui sebagai Raja yang sangat peka perasaannya, dan berbakat alami sebagai penyair sekaligus pemuzik. Kitab Zabur (Mazmur) yang diturunkan Allah kepadanya tak lain adalah untaian doa dan petunjuk hidup dalam format syair nan indah-merdu, bila disenandungkan. Dapatkah kita membayangkan seorang penguasa yang amat peka hatinya, mudah tersentuh bila menyaksikan penderitaan manusia, tiba-tiba berubah wajah menjadi pembunuh berdarah dingin? Mungkinkah seorang nabi berhati bengis mampu mempersatukan sejumlah kerajaan yang saling bertikai antara satu sama lain, bahkan akhirnya mendapat pengakuan dan legitimasi kolektif dari para penguasa wilayah di sekelilingnya? Pengetahuan tentang Daud akan lebih cerah, bila kita menelusuri jejak baginda saat menaiki jinjang kekuasaan dan prestasinya dalam mengendali kerajaan yang besar.

Begitu pula dengan Nabi Sulaiman a.s, cerita yang lebih suram sering dikaitkan kepadanya. Dia dikenang sebahagian orang awam sebagai Raja yang bergelimang dalam kemewahan, bahkan dikatakan memiliki beratus gundik dan menetapkan pajak yang berat kepada rakyatnya demi memelihara kesenangan pribadi. Semua itu jauh dari kenyataan, bila kita gali akar kearifan nabi Sulaiman a.s.

Thalut adalah seorang pemimpin “pembebas” (mengurai dan memutus belenggu penjajahan), Daud adalah pemimpin “pemersatu” (mengkonsolidasikan kerajaan dan wilayah yang terpecah-belah), dan Sulaiman adalah sejenis pemimpin yang “memakmurkan” (mengembangkan sumberdaya materi dan spiritual)